KUNCILAGUOK.COM
| Memilih
sebanyak 10 album terbaik dari hampir 40 album lagu karya Iwan Fals sesungguhnya
merupakan pekerjaan yang penuh dengan pilihan buah simalakama. Karena karya-karya
Iwan Fals nyaris memiliki nilai yang esensial. Temanya pun beragam mulai dari
tema gugat, kontemplatif hingga romansa yang memiliki gereget tak sama.
Demikian pula dengan penataan musik yang tak pernah stagnan, karena selalu ada
pergeseran-pergeseran dalam tekstur musiknya yang dikawal sedemikian banyak
pemusik mumpuni negeri ini.
Namun pada akhirnya toh saya berupaya untuk memilih 10 album yang bisa
merepresentasikan atmosfer musikal Iwan Fals antara sosok seorang penyaksi dan
penggugat dari era 80an hingga 2000an.
link https://dennysakrie63.wordpress.com/2013/06/28/10-album-terbaik-iwan-fals/
Inilah 10 Album Terbaik Karya Iwan Fals
Inilah 10 Album Terbaik Karya Iwan Fals
Piringan Hitam Sarjana Muda rilis Maret 1981 (Foto Denny Sakrie)
Setelah merilis beberapa album secara impromptu mulai dari album
yang berkolaborasi dengan sejumlah juara lawak mahasiswa seperti Canda
Dalam Nada dan Canda Dalam Ronda serta album Perjalanan dan 3
Bulan, akhirnya Iwan Fals dipinang Musica Studio’s untuk sebuah album yang
jelas benang merah musiknya.Iwan tak lagi memetik gitar sendiri
sembari bernyanyi,kini didukung tatanan musik oleh Willy Sumantri disertai line
up pemusik mumpuni.
Ada penggesek biola jazz Luluk Purwanto hingga maestro Idris Sardi yang menyemaikan permainan biolanya dalam gaya bluegrass di lagu Oemar Bakrie yang kelak menjadi lagu signature Iwan Fals.Di album yang bertajuk Sarjana Muda ini secara tematik Iwan Fals tampak member porsi yang banyak pada tema kritik sosial.Dengan lirik-lirik yang gambling dan lugas,Iwan seperti seorang jurnalis yang memotret berbagai sisi kehidupan.
Ada tutur tentang pengangguran,kaum marginal,ketimpangan sosial hingga ode kekaguman terhadap pemimpin bangsa yang hidup dalam kejujuran dan kesederhanaan pada lagu “Bung Hatta”.Juga tentang pengabdian seorang guru yang kerap tersia-siakan dalam “Oemar Bakrie”.Simak liriknya “Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakrie seperti dikebiri”.Nilai yang terjuntai sebagai paradoks adalah tema yang digurat Iwan.Walau terkadang Iwan tetap menyusupkan idiom yang menggelitik :
Ada penggesek biola jazz Luluk Purwanto hingga maestro Idris Sardi yang menyemaikan permainan biolanya dalam gaya bluegrass di lagu Oemar Bakrie yang kelak menjadi lagu signature Iwan Fals.Di album yang bertajuk Sarjana Muda ini secara tematik Iwan Fals tampak member porsi yang banyak pada tema kritik sosial.Dengan lirik-lirik yang gambling dan lugas,Iwan seperti seorang jurnalis yang memotret berbagai sisi kehidupan.
Ada tutur tentang pengangguran,kaum marginal,ketimpangan sosial hingga ode kekaguman terhadap pemimpin bangsa yang hidup dalam kejujuran dan kesederhanaan pada lagu “Bung Hatta”.Juga tentang pengabdian seorang guru yang kerap tersia-siakan dalam “Oemar Bakrie”.Simak liriknya “Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakrie seperti dikebiri”.Nilai yang terjuntai sebagai paradoks adalah tema yang digurat Iwan.Walau terkadang Iwan tetap menyusupkan idiom yang menggelitik :
Garuda bukan burung perkutut
Sang saka bukan sandang pembalut
Dan coba kau dengarkan
Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut
Yang hanya berisikan harapa
Yang hanya berisikan khayalan
2.Opini
(1982)
Album Opini (1982)
Banyak yang mulai membanding-bandingkan Iwan Fals dengan sosok
penyanyi gugat Amerika Bob Dylan ketika menyimak album “Sarjana Muda”
dan “Opini”.Apalagi cover album kedua album tersebut menyiratkan hal
tersebut dengan foto Iwan yang tengah memegang harmonika.Seperti tajuk
albumnya,Iwan memang ingin memaparkan opininya sebagai sosok seniman
musik yang menyaksikan berbagai rentetan peristiwa yang
ada disekelilingnya.
Iwan memintal beragam peristiwa yang kemudian dibingkai dalam berbagai frasa tema lagu-lagu yang dinyanyikannya.Dalam lagu “Galang Rambu Anarki”, Iwan bertutur tentang kelahiran anak pertamanya dalam potret kebanggaan seorang ayah yang diberi anugerah seorang anak,tapi disuatu sisi harus menghadapi kenyataan hidup yang susah secara ekonomi. :
Iwan memintal beragam peristiwa yang kemudian dibingkai dalam berbagai frasa tema lagu-lagu yang dinyanyikannya.Dalam lagu “Galang Rambu Anarki”, Iwan bertutur tentang kelahiran anak pertamanya dalam potret kebanggaan seorang ayah yang diberi anugerah seorang anak,tapi disuatu sisi harus menghadapi kenyataan hidup yang susah secara ekonomi. :
maafkan kedua orangtuamu
kalau tak mampu beli susu
bbm naik tinggi
susu tak terbeli orang pintar tarik subsidi
anak kami kurang gizi
Lagu-lagu Iwan lainnya di album ini seperti “Isi Rimba Tak Ada Tempat
Berpijak lagi”,”Opiniku”,”Tak Biru Lagi Lautku” maupun “Tarjimah dan
Problemnya” memang sangat dekat dengan problematika sosial termasuk juga
isu lingkungan.Tapi juga mendendangkan sebuah ballad bernuansa pop
seperti “Antara Kau,Aku dan Bekas Pacarmu”.
Karya-karya Iwan di album “Opini” maupun “Sarjana Muda” kelak
menjadi cetak biru gaya narasi lagu-lagu Iwan Fals .
3.Wakil
Rakyat (1987)
Album Wakil Rakyat
Ini adalah album dengan narasi yang sangat menohok dan
kena sasaran.Tema yang mungkin pada saat itu,zaman represif,
hanya menjadi bisik-bisik lirih dikalangan masyarakat ,oleh Iwan Fals
justru tampil lugas membahana dalam lirik lagu yang bisa disebut nyaris tanpa
kompromi.Keberanian label Musica Studio’s merilis album ini juga patut diacung
jempol.Banyak yang seperti kebakaran jenggot menyimak deretan lirik yang
ditoreh Iwan dengan judul “Surat Buat Wakil Rakyat” :
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu ’setuju’
Hanya tahu nyanyian lagu ’setuju’
Sontak album Wakil Rakyat jadi pembicaraan dimana-mana.Pencekalan lagu karya
Iwan tersebut di TVRI malah membuat popularitas lagu ini kian merebak terutama
saat itu memang tengah menjelang Pemilu.
Sejak menyimak lagu ini saya semakin yakin bahwa sosok Iwan Fals
adalah penyanyi gugat Indonesia yang sesungguhnya.Dan seperti
album-album sebelumnya Iwan selalu menyusipkan sebuah balada romansa,kali ini
judulnya “Mata Indah Bola Pingpong” dengan musik oleh
Bagoes A.Ariyanto.Lagu-lagu Iwan yang berpihak ke akar rumput pun
selalu ada seperti “Libur Kecil Kaum Kusam”,”PHK” maupun “Potret
Panen Mimpi Wereng”
Album 1910 (1988)
Seperti halnya Bob Dylan yang memasuki era rock atau going
electric pada album Brick It All Back Home di tahun
1965,Iwan Fals tampaknya melakukan hal yang serupa pada album 1910 yang
musiknya digarap sepenuhnya oleh Ian Antono gitaris rock dari
God Bless.Ian Antono sendiri sebetulnya pernah dilibatkan dalam
penggarapan album Iwan terdahulu yaitu “Sumbang” (1983). Namun kali ini Ian
Antono terlihat ingin membentuk aura suara Iwan Fals menjadi lebih rock
dan tegas.
Saya merasakan tekstur suara Iwan Fals mulai berubah di album ini.Ketegasan
suara Iwan Fals ditunjang pula dengan arransemen musik yang dracik
Ian Antono.Album ini diberi judul 1910 berdasarkan judul lagu karya
Iwan “1910” yaitu tentang tragedi kecelakaan tabrakan hebat dua buah
kereta api di daerah Pondok Betung, Bintaro, pada tanggal 19 Oktober 1987.
Namun ada 2 lagu yang mencuat sebagai hits dari album ini yaitu “Buku Ini
Aku Pinjam” dengan gaya country rock ala The Eagles serta “Pesawat
Tempurku”.Konon, Iwan melakukan kompromi dengan pihak label untuk menulis
lagu seperti “Buku Ini Aku Pinjam” dengan aura pop
yang kuat.Toh lagu-lagu bernarasi gugat seperti “Balada Orang-Orang
Pedalaman”,”Ada Lagi Yang Mati” hingga “Mimpi Yang Terbeli”.
Iwan toh masih bernyanyi dengan geram :
Hari-hari kita berisi hasutan.
Hingga kita tak tau diri sendiri
Melihat anak kecil mencuri mainan.
Melihat anak kecil mencuri mainan.
Yang bergaya tak terjangkau oleh bapaknya yang maling
5.Mata Dewa (1989)
Album Mata Dewa (1989)
Maecenas Setiawan Djody tertarik dengan sepak terjang Iwan Fals
terutama saat menyimak album 1910 yang digarap Ian Antono.Setiawan Djody lalu
ikut mendukung pendanaan album yang kemudian didistribusikan secara independen
tanpa melalui campur tangan distributor kaset di Harco Glodok yang saat itu
memiliki posisi tawar yang kuat dalam bisnis rekaman di negeri ini.
Iwan Fals dipertemukan kembali dengan Ian Antono.Takaran rocknya lebih
menggelegar dibanding album 1910.Setiawan Djody mengangsur lagu karyanya Mata
Dewa, yang konon tercipta saat berselancar di pantai
Kuta Bali.Di lagu “Mata Dewa” yang diberi sedikit aura musik
Bali itu juga menampilkan suara Setiawan Djody disela-sela suara
Iwan Fals.Tak semuanya lagu baru, Iwan menyanyikan kembali
lagu-lagunya terdahulu seperti PHK,Puing,Berkacalah Jakarta serta Timur Tengah
II yang kini diberi judul baru menjadi “Bakar”.Selain Mata Dewa, ternyata lagu
“Nona” yang bernuansa ballad menjadi hits di radio-radio.
Perubahan terbesar pada qua-vokal Iwan Fals terdengar jelas pada lagu “Air
Mata Api” yang memuntahkan gelegak amarah Iwan Fals dalam meniti nada-nada
yang terjal.Intensitas Iwan Fals sebagai vokalis menentukan makna yang ingin
disampaikannya lewat lagu tersebut.Kelak saat bergabung dengan
Kantata Takwa dan Swami, aura suara Iwan yang garang memberontak seperti itu
menjadi kekuatan lagu-lagu yang dinyanyikannya.
Album Mata Dewa ini oleh Setiawan Djody beserta Airo Productions bahkan
siap melakukan promosi besar-besaran dengan melakukan Konser 100 Kita di
seluruh Indonesia.Namun entah kenapa dengan alasan yang tak
jelas,konser berskala mega ini kemudian tidak mendapat izin dari pihak
berwajib.Spekulasi pun merebak, ada yang menduga pembatalan konser karena
penguasa tak menyukai lagu-lagu protes Iwan Fals,ada juga yang menduga
pencekalan konser Iwan Fals ini karena persaingan bisnis.Spekulasi hanya
tinggal spekulasi.Namun album Mata Dewa bagi saya merupakan bentuk
pencapaian baru lagi dalam perjalanan musik Iwan Fals.
6.Cikal (1991)
Album Cikal (1991)
Ini adalah album Iwan Fals setelah keberhasilannya ikut mendukung
proyek kolosal Kantata Takwa dan Swami antara tahun 1990 – 1991 .Iwan Fals
menggunakan putri kedunya Cikal sebagai judul album.Musiknya terdengar lebih
dalam.Arransemennya pun terasa lebih advance.Sederet pemusik rock dan jazz
dipilih Iwan untuk mendukung albumnya kali ini.Ada Totok Tewel
(gitar),Embong Rahardjo (saxophone,flute),Gilang Ramadhan (drums),Cok Rampal
(gitar) serta Mates (bass).
Ada sedikit pergeseran dalam cara bertutur Iwan di
album ini.Simak lirik “ Untuk Bram” :
Alam semesta.
Menerima perlakuan sia sia.
Diracun jalan napasnya.
Diperkosa kesuburannya
Rayat menilai.
Rayat menilai.
Menerima penderitaan curang.
Digusur jalan hidupnya.
Digoda kemakmurannya.
Di album ini dengan sederet komposisi musik dan pola penulisan lirik yang lebih
sastrawi pada akhirnya menjadikan sosok Iwan Fals seperti berada di
garis paling depan jauh
meninggalkan penggemar-penggemanya.Tak semua orang mampu mencerna
lagu-lagu seperti Intro’, ‘Untuk Yani’, ‘Cikal’, ‘Pulang Kerja’, ‘Alam
Malam’, ‘Ada’, ‘Untuk Bram’, ‘Cendrawasih’, maupun ‘Proyek 13’,Album
bagus ini sayangnya kurang mendapat apresiasi bagi para penikmat musik.
Belum Ada Judul (1992)
Entah kenapa setiap menyimak album ini saya selalu tergelitik
membanding-bandingkan sosok Iwan Fals dan Bob Dylan singer/songwriter yang
disemati sebutan protest singer.Bagi saya,di album ini Iwan Fals
tampil paripurna atas namanya sendiri.Iwan adalah singer/songwriter
yang menulis lagu sendiri sekaligus menyanyikannya.Posisi semacam ini jelas
terasa lebih personal,lebih dalam dan lebih ekspresif. Menariknya lagi,
penggarapan album “Belum Ada Judul” ini berlangsung secara live tanpa
imbuh rekayasa.Iwan memetik gitar,meniup harmonica dan
bernyanyi.Sangat bersahaja tapi memiliki banyak makna.
Simak lirik Coretan Dinding :
Sebab coretan dinding
Adalah pemberontakan kucing hitam
Yang terpojok ditiap tempat sampah, ditiap kota
Cakarnya siap dengan kuku kuku tajam
Matanya menyala mengawasi gerak musuhnya
Musuhnya adalah penindas
Yang menganggap remeh coretan dinding kota
Konon Iwan Fals dibayar sekitar Rp 200 juta oleh Handoko Kusuma dari Harpa
Record untuk pengerjaan album yang berisikan lagu-lagu seperti Belum Ada
Judul’, ‘Besar Dan Kecil’, ‘Iya Atau Tidak’, ‘Mereka Ada Dijalan’, ‘Potret’,
‘Di Mata Air Tidak Ada Air Mata’, ‘Ikrar’, ‘Aku Disini’, ‘Mencetak Sawah’,
‘Panggilan Dari Gunung’, serta ‘Coretan Dinding’.
Jika ingin menikmati karya Iwan Fals secara total,maka saya
sarankan simaklah album ini.
Album Hijau (1992)
Album ini memang agak berbeda dengan album-album Iwan
Fals lainnya.Album ini digarap dengan pola jamming dengan
menyertakan berbagai pemusik dari kecenderungan bermusik yang tak sama mulai
dari Heirrie Buchaery (bass) ,almarhum Jerry Soedianto (gitar) , Cok
Rampal (gitar), Bagoes A.Ariyanto (keyboard), Iwang Noorsaid (keyboard), Arie
Ayunir (drums) dan Jalu (kendang).
Tema
musik yang ditorehkan terasa lebih natural dengan semangat impromptu yang
kuat.Ketukan kendang Jalu misalnya seolah menulusuri rusuk-rusuk bunyi yang
keluar dari bunyi-bunyian keyboards atau dengan petikan gitar Jerry Sudianto
yang berbasis rock progresif. Dialog antar pemain lewat instrumentasi
masing-masing selanjutnya melebur dalam lirik-lirik yang terasa lebih kontemplatif
dan impresif.
Terkadang kita menemukan aura musik progresif ,ethno music hingga jazz sekalipun saat menyimak Lagu Satu’, ‘Lagu Dua’, ‘Lagu Tiga’, ‘Lagu Empat’, ‘Lagu Lima’, ‘Lagu Enam’, ‘Hijau’.Iwan yang sebetulnya telah mempunyai jatidiri musik yang kuat toh ternyata masih menyimpan pelbagai kegelisahan dalam mengejawantahkan musiknya.Ini membuktikan bahwa Iwan Fals selalu terpicu untuk mencari dan mencari.Dankearifan Iwan tetap termaktub dalam lirik yang ditulisnya :
Terkadang kita menemukan aura musik progresif ,ethno music hingga jazz sekalipun saat menyimak Lagu Satu’, ‘Lagu Dua’, ‘Lagu Tiga’, ‘Lagu Empat’, ‘Lagu Lima’, ‘Lagu Enam’, ‘Hijau’.Iwan yang sebetulnya telah mempunyai jatidiri musik yang kuat toh ternyata masih menyimpan pelbagai kegelisahan dalam mengejawantahkan musiknya.Ini membuktikan bahwa Iwan Fals selalu terpicu untuk mencari dan mencari.Dankearifan Iwan tetap termaktub dalam lirik yang ditulisnya :
Berlomba kita dengan sang waktu.
Jenuhkah kita jawab
sang waktu.
Bangkitlah kita tunggu
sang waktu.
Tenanglah kita
menjawab waktu
9.Orang
Gila (1994)
Album Orang Gila
Almarhum Billy J Budiardjo yang selama ini kerap mendandani tata
musik sejumlah album Ebiet G Ade kali ini diminta menggarap album Iwan
bertajuk Orang Gila.Entah kenapa di album ini Iwan kembali mengubah
arah musiknya, yang jelas sangat berbeda dengan album Cikal atau Hijau yang
saat itu oleh beberapa penikmat karya Iwan Fals dianggap kurang
bersahabat.
Musik yang ditata Billy J Budiardjo ini menurut saya terlalu
plastis.Bermanis-manis dan cenderung illustrative.Meskipun tak mengurangi
estetika penulisan lagu Iwan,namun penyajian kerangka arransemennya tak sesuai
dengan karakter Iwan.Menurut saya,saat menyimak album ini Iwan seperti
mengenakan busana yang tak sesuai dengan jatidirinya
yang sesungguhnya.Sosok Iwan menjadi beda.
Walaupun di album ini kita masih merasakan aura Iwan Fals lewat lagu “Satu
Satu” atau “Orang Gila”. Pola penulisan lirik yang tertuang pada
lagu-lagu seperti Orang Gila’, ‘Awang Awang’, ‘Satu Satu’, ‘Lagu
Cinta’, ‘Doa Dalam Sunyi’, ‘Lingkaran Hening’, ‘Puisi Gelap’, ‘Menunggu Ditimbang
Malah Muntah’ masih mutlak gaya Iwan Fals yang tak terbantahkan.
Album Suara Hati
Munculnya album Suara Hati ini bagi saya seperti bertemu lagi
dengan sahabat lama yang terpisah oleh jarak dan waktu.Iwan kembali
lagi menggurat karya setelah sekian lama menghilang pasca berpulangnya sang
putra tercinta Galang Rambu Anarki pada tahun 1997.
Kerinduan terhadap karya-karya Iwan Fals cukup
lama memendam.Kesan pertama menyimak isi album ini secara keseluruhan
adalah Iwan Fals telah berada di titik yang lebih tenang,berfikir jernih dan
menghasilkan karya-karya yang lebih kontemplatif.Iwan banyak
mengambil sisi kearifan dalam saripati peristiwa yang
terjadi sehari-hari.Mari kita simak lirik lagu “Suara Hati” :
Sebab hidupnya dipacu nafsu
Kau rasakah sakitnya orang yang terlindas?
Oleh derap sepatu pembangunan
Kau lihatkah pembantaian?
Demi kekuasaan yang secuil
Kau tahukah alam yang kesakitan?
Lalu apa yang akan kau suarakan?
Pola penulisan lirik yang lugas,garang dan menohok secara perlahan
mulai terkikis dalam lagu-lagunya.Iwan Fals lebih banyak melakukan
permenungan-permenungan , salah satunya termaktub dalam lagu “Untukmu Negeri” :
Air mata darah telah tumpah.
Demi ambisi membangun
negeri.
Kalaulah ini
pengorbananTentu bukan milik segelintir orang
Belum cukupkah semua ini.
Belum cukupkah semua ini.
Apakah tidak
berartiLihatlah wajah ibu pertiwi.
Pucat letih dan
sedihnya berkarat.
Berdoa terus berdoa
Tulisan ini dimuat di majalah Rolling Stone Special Edition’s
Collectors Iwan Fals Juni 2013
link : https://dennysakrie63.wordpress.com/2013/06/28/10-album-terbaik-iwan-fals/
link : https://dennysakrie63.wordpress.com/2013/06/28/10-album-terbaik-iwan-fals/